Sabtu, 14 September 2019

Nafas Usaha dalam Keberagaman Surabaya

SHARE

“Unity in Diversity”

Surabaya... oh Surabaya... 
Kota kenangan takkan terlupakan...

Sebait lirik lagu yang ditenarkan Dara Puspita seakan mengukuhkan bahwa Kota Surabaya memang membuat orang yang pernah mengunjunginya tak mampu untuk melupakan begitu saja.
Salahsatu yang berkesan dari Kota Nomer 2 terbesar di Indonesia,  yakni dibalik hiruk pikuk kota Metropolis ini menyimpan begitu selarasnya sektor usaha dengan ditopang keberagaman etnis, suku, budaya dan bahasa yang mewarnainya.

Sebagaimana yang diketahui bahwa di beberapa wilayah Surabaya menjadi sentra usaha yang mayoritas digerakkan oleh Suku atau Etnis tertentu tersebar menjadi daya tarik kota ini, salah satunya di belahan Utara Surabaya tepatnya di Wilayah Ampel dan sekitarnya. Sekilas jika kita mengamati berderetnya Toko dan Kuliner yang tersebar di daerah ini membuat kita terkesima, aroma Timur Tengah menghiasi
berbagai sudut, mulai jalan Ampel Suci, Ampel Masjid dan sekitarnya. Aneka Kuliner serta berbagai pernak-pernik busana Muslim khas Timur Tengah sangat mudah didapatkan disini, hal ini tidak terlepas dari sejarah yang diusung Ampel, para pedagang dari Arab dan Yaman dalam sejarah menorehkan penyebaran Agama Islam serta berdagang menjadi cikal bakal sentra usaha disini, berjuang bersama arek-arek Suroboyo menciptakan kolaborasi yang harmonis hingga sampai saat ini menjadi daya tarik Surabaya.

Kita berlanjut menengok di wilayah Pecinan, wilayah tertua di Surabaya yakni Kembang Jepun dan sekitarnya. Menempati pusat Surabaya menjadikan wilayah Sentra Bisnis ini menjadi salahsatu nafas pusat perdagangan grosir, jajaran toko Alat tulis, kantor,  toko mesin diesel, bank, tekstil, fashion, semua ada di sini. Pelaku bisnis di wilayah ini mayoritas etnis Tionghoa. Lagi-lagi Surabaya menjadi kota yang ramah menerima  budaya Tionghoa yang sangat kental disini.

Bermacam budaya Tionghoa beserta  atribut yang diusungnya banyak tersebar di Wilayah ini, dari klenteng Tua Hong Tiek Hian yang terletak di Jalan Dukuh hingga dengan pelaku bisnis yang dapat hidup harmonis bersama masyarakat lokal menjadi saksi bagaimana Surabaya menjadi kota yang ramah dalam keberagaman budaya, agama dan bahasa.

                Sejarah panjang mengiringi Kembang Jepun atau yang biasa disebut Kya-Kya (jalan-jalan), dahulunya sepanjang jalan ini memang telah menjadi pasar malam dengan deretan kios-kios penjaja kuliner khas Tionghoa dan Surabaya hingga kini kawasan ini tetap menjadi salahsatu nafas bisnis Kota Surabaya.

                Membelah kota Surabaya seakan tiada bosan-bosannya, di wilayah Timur Surabaya juga terdapat nafas bisnis yang ikut meramaikan Kota ini yakni di wilayah Kenjeran, Kedung Cowek, Bulak. Salahsatu suku mendominasi wilayah ini Yakni suku Madura. Berbagai macam kuliner dan pola hidup khas suku ini dapat kita temui di wilayah tersebut. Sifat ramah dan mental pekerja keras dari suku Madura ini sangat selaras dengan warga kota Surabaya dan dari Etnis serta suku yang lain sehingga menimbulkan kolaborasi yang harmonis untuk menunjang sektor usaha kota Surabaya.

                Begitulah Surabaya, dengan masyarakat yang heterogen menjadi daya tarik yang mempesona. Pelaku usaha di kota surabaya bersinergi menepis sekat-sekat suku, etnis, agama, bahasa dan budaya untuk bersama-sama bersatu dalam perbedaan  menciptakan kota ini sebagai kota yang layak menjadi  prototype kota masa depan yang harmonis dan ramah. Keberagaman bukan menjadi penghalang dan pemisah dalam berkehidupan, tetapi justru menjadi perekat yang mempererat dalam segala aspek hingga menyentuh mulai dari lapisan masyarakat marjinal  hingga masyarakat menengah keatas. Itulah yang dimaksud bersatu dalam perbedaan.


Penulis : Cak Topan - Kimklasik

#keberagamanmasyarakat
#keberagaman

Instagram: Sapawarga
Twitter: @SapawargaSby




SHARE

Author: verified_user

0 komentar: