Kamis, 27 Maret 2014

Kampung-Kampung Kreatif Surabaya

SHARE

Lebih dekat mengenal Surabaya, dengan segala geliat dinamikanya. Di balik hiruk-pikuk aktivitas metropolitannya. Sekumpulan orang berkumpul berkreasi, berproduksi menghasilkan komoditi berpotensi ekonomi.
Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Surabaya, setidaknya mencatat beberapa kampung yang potensial berkembang dengan kekhasan karyanya. Untuk kemudian didampingi guna menuju puncak kesuksesan demi kesejahteraan masyarakat sendiri.
Beberapa kampung kreatif yang dibina Disperdagin Kota Surabaya, sebut saja; Kampung Tas di Morokrembangan, Kampung Paving di Kecamatan Pakal, Kampung Kue di Kecamatan Rungkut, dan Kampung Sandal-Sepatu di kawasan Osowilangun. Selain itu Majalah Surabaya City Guide juga melengkapi dengan liputan dan Kampung Pernak-pernik di wilayah Benowo, dan Kampung Sulam Pita di Tambak Asri Surabaya.

Kampung Tas

Jika mendengar sentra tas terbesar di Jawa Timur, yang terpikir pasti menjurus ke sentra tas Tanggulangin, yang ada di Selatan Kota Sidoarjo. Namun, di lain lokasi ternyata ada sebuah kampung yang warganya sehari-hari memproduksi berbagai macam tas. Kampung tersebut berada di Jalan Gadukan Baru, Morokrembangan, Surabaya.
Terbentuknya kampung tas ini sekitar tahun 1978. Berawal dari 6 – 10 orang yang ahli dalam membuat tas dari berbagai macam bahan, kreativitas mereka akhirnya tertular ke warga lain. Kini terdapat 68 perajin yang memproduksi tas di daerah tersebut, tersebar di RW IV, V, dan VI Kelurahan Morokrembangan, Kecamatan Krembangan, Surabaya.

Kampung Paving

Batu paving banyak dipilih sebagai alternatif material halaman rumah dan jalan, karena bentuknya yang variatif, memberi ruang drainase, dan mudah dalam perbaikan jika terjadi kerusakan. Semakin hari permintaan batu paving semakin meningkat, sehingga banyak perusahaan besar yang memproduksi material ini. Di tengah sibuknya pabrik-pabrik membuat batu paving, ternyata batu paving ada yang diproduksi dari sebuah kampung di daerah Kelurahan Pakal, Kecamatan Pakal, Surabaya.



Kampung Kue

Berawal dari hobi membuat kue, ibu-ibu yang tergabung dalam Kampung Unggulan Kue, di Rusun Penjaringan Sari, akhirnya bisa mengembangkan hobi mereka menjadi usaha yang menghasilkan. Berbagai varian resep dikreasikan menjadi kue-kue enak, dan bernilai ekonomis.
Kampung kue di Rusun Penjaringan Sari berawal dari tiga home industry. Salah satunya adalah milik Anik Pudjiati, yang memproduksi aneka kue basah sejak tahun 2001. Seiring waktu berputar, akhirnya banyak warga lain yang tertarik mengikuti jejak tiga produsen kue tersebut.

Kampung Sepatu-Sandal

Bila Anda berbelanja sepatu atau sandal di mal atau pusat grosir, jangan kaget bila produk yang Anda beli ternyata buatan perajin sepatu-sandal Tambak Oso Wilangon, Kecamatan Benowo Surabaya. Sepatu dan sandal itu dibuat secara home industri dan tanpa merek. Dari mereka -lah sepatu dan sandal itu diberi label, merek, kemudian dipasarkan.
Kampung yang dulu lebih dikenal dengan nama Sememi Lor itu terletak tak jauh dari terminal Tambak Oso Wilangon, sekitar 500 meter arah Barat, menuju Kota Gresik. Sekilas kampung ini tak menunjukkan geliat yang menarik. Tapi siapa sangka, di kampung ini telah ribuan bahkan jutaan produk sepatu sandal dibuat oleh warga, secara turun-temurun.

Kampung Pernak-Pernik

Dari kerajinan sulam pita, kampung ini mampu memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar. Kreativitas ibu-ibu PKK Pondok Benowo Indah RT 5 RW 8 Kelurahan Babat Jerawat Kecamatan Pakal bisa menjadi contoh. Kampung ini terkenal karena salah satu prestasi dari ibu-ibu PKK yang sangat terampil dalam sulam pita. Dengan keterampilan bersulam pita ini , kemeja yang polos, menjadi lebih cantik. Kerudung yang polos tak bermotif pun menjadi lebih unik dan menarik, dan sejumlah kerajinan tangan lainnya dihasilkan, bahkan Balai RW pun dijadikan galeri untuk memajang karya mereka.

Kampung Sulam Pita

Berbekal tekad, warga kampung di pinggiran Surabaya ini berhasil memproduksi kerajinan kreatif dan sudah berhasil menembus pasar luar negeri. Sekitar 1980 -an, tanah ini masih ditumbuhi pepohonan yang rimbun. Suasana masih gelap, tidak ada lampu penerangan kecuali kelap-kelip lampu oblek. Lambat laun kawasan ini mulai terusik oleh kehidupan manusia. Satu dua orang mulai babat alas, membuka lahan dan kemudian bertempat tinggal di situ. Kampung itu kemudian dijuluki Kampung 1001 Malam. Kini warganya kian kreatif, dengan kerajinan sulam pitanya.

Sumber : SuaraSurabaya.net
SHARE

Author: verified_user

0 komentar: